Desa Sade, yang
terletak di Lombok Tengah, merupakan salah satu desa adat Suku Sasak yang kaya
akan budaya dan tradisi. Desa ini berjarak sekitar 30 km dari Kota Mataram dan
mudah diakses, terutama setelah pembukaan Bandara Internasional Lombok pada
tahun 2011, yang memperpendek waktu perjalanan ke desa ini menjadi hanya 15-20
menit. Sejak tahun 1975, Desa Sade telah menjadi tujuan wisata, dengan
rata-rata 100 pengunjung setiap hari dan jumlah tersebut meningkat pada hari libur
menjadi sekitar 200 orang.
Sebagai Desa
Wisata yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi NTB, Desa Sade memenuhi
berbagai kriteria penting, termasuk adanya atraksi wisata yang beragam,
aksesibilitas yang baik, dan dukungan tinggi dari masyarakat setempat. Desa ini
seluas 5,5 hektar dan dihuni oleh sekitar 700 orang yang semuanya merupakan
suku Sasak. Masyarakat di sini masih mempertahankan tradisi dan kearifan lokal,
termasuk dalam hal arsitektur rumah yang khas.
Rumah-rumah di
Desa Sade terbuat dari bambu dengan atap alang-alang, yang memberikan kesejukan
saat cuaca panas dan kehangatan saat malam hari. Struktur rumah dibagi menjadi
tiga tipe: Bale Bonter untuk pejabat desa, Bale Kodong untuk pasangan baru atau
orang tua, dan Bale Tani untuk tempat tinggal. Keunikan Bale Tani terletak pada
perawatan lantainya yang menggunakan kotoran kerbau, yang dipercaya dapat
membersihkan serta menghangatkan ruangan.
Masyarakat Desa
Sade sebagian besar bekerja sebagai petani, bergantung pada sistem tadah hujan
untuk bercocok tanam. Mereka juga melakukan pekerjaan sampingan menenun, yang
merupakan bagian dari tradisi Suku Sasak. Kain songket, yang terbuat dari
benang emas atau perak yang ditenun bersama benang katun atau sutra, menjadi
produk unggulan desa. Proses pembuatan kain ini melibatkan pemintalan,
pewarnaan dengan bahan alami, dan penggunaan alat tenun tradisional.
Desa Sade tidak
hanya berusaha menjaga keaslian budaya Suku Sasak demi kepentingan pariwisata,
tetapi juga berkomitmen untuk melestarikan tradisi dan lingkungan. Masyarakat
setempat mendukung upaya ini, tetap menerapkan gaya hidup tradisional dan
bersahaja, tanpa banyak terpengaruh oleh modernisasi.
Wisatawan yang
berkunjung diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan komunitas. Dengan memperhatikan
prinsip ekowisata, yang menekankan pada konservasi alam dan pemberdayaan
masyarakat lokal, Desa Sade berupaya memaksimalkan potensi sumber daya alam dan
budaya untuk menciptakan pendapatan yang berkelanjutan bagi penduduk setempat.
SUMBER : http://ppebalinusra.menlhk.go.id/ekowisata-di-desa-sade/
mau banget kesini
BalasHapusSeru
BalasHapus